Jumat, 24 Mei 2013

Tuntutlah Ilmu Sampe Mentok Galaumu

"Menuntut ilmu lebih mudah dari pada menuntut kesetiaanmu..." (RDF)


Dear Gusti,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, gue akan sedikit mengurai kisah-kisah yang berhubungan dengan pengalaman kuliah gue. Jadi gue ingatkan pada para pembaca, tulisan ini sangat akademik dan ilmiah, tidak dianjurkan bagi mereka yang sawan dan punya gejala ayan.

Seperti yang lau ketahui, gue ngambil jurusan Energy Economics. Mata kuliah yang diajarin dimari rada runyam Mabs, kebanyakan berhubungan sama Ekonomi, cabang ilmu yang pada waktu UAN zaman SMA mampu gue taklukkan dengan mengandalkan suplai jawaban dari cewek yang duduk di depan gue (maafin Angga, Ya Awoooh!).

Tapi itulah adilnya Tuhan, dulu gue lancung dalam ujian, sekarang gue dihukum dengan belajar ilmu ini pada tingkat kerumitan yang jauh lebih tinggi. Gue juga dipaksa menerima kenyataan bahwa walaupun gue berwajah tampan dan berbudi luhur, otak gue suka ngadat kalo berhadapan sama rumus dan angka.

Seakan belum cukup penderitaan gue, Tuhan menambah banyak cobaan dengan meniupkan kegalauan di sela-sela alunan penjelasan dosen gue.

Contohnya, pada suatu hari tiga bulan yang lalu, beberapa hari setelah hubungan gue sama mantan gue kandas di tengah jalan, dosen gue nerangin masalah "Ketahanan Energi". 

Kebayang kan lau Mabs, gue disuruh belajar soal "Ketahanan Energi" disaat gue sendiri nggak mampu mempertahankan keutuhan perasaan gue. Hati gue lagi remuk redam Mabs. Kebas nggak karuan. Bahasanya Noah mah gue kayak kehilangan “Separuh Aku”. Kata temen gue, kalo aja hati terbuat dari kaca, pasti udah pecah, berantakan, ancur lebur, berkeping-keping.

Si dosen nyerocos bahwa salah satu dimensi terpenting dari Ketahan Energi adalah diversity (keragaman) yang artinya adalah semakin beragam sumber yang kita punya, semakin tahan kita terhadap goncangan. Demikian pula kalo impor, semakin banyak pemasok, semakin aman.

Gue langsung naek darah Mabs. Sumpah, mau gue ajak ribut tu dosen, berani-beraninya doi ngomong soal keragaman! Mempertahankan satu cinta aja gue nggak sanggup! Apalagi lebih dari satu! Bisa gila gue!

Tapi ada benarnya juga bahwa diversifikasi cinta akan membuat Ketahanan Perasaan kita meningkat secara signifikan, karena kalo ada gangguan suplai dari satu pemasok, pemasok lainnya bisa dengan segera mengisi kekosongan tersebut, eaaaa!

Alhamdulillah-nya, ada juga pelajaran yang memberi harapan Mabs. Baru-baru ini gue ngambil mata kuliah intensif yang berjudul Extractive Industries Revenue Management. Tau kan lau artinye? Gue tau lau nggak cuma faseh bahasa Betokaw doang, hahahaha.

Nah, di mata kuliah ini ada bahasan mengenai Natural Resource Fund (NRF) yang adalah merupakan dana yang disisihkan dari pendapatan sumber daya alam buat disimpen terus diinvestasikan ke sektor lain atau buat menambah budget pembangunan pemerintah.

Gue langsung kepikiran, Indonesia belom punya nih simpenan model ginian. Mata gue langsung berbinar Mabs. Ini mungkin salah satu harapan terbaik untuk memecahkan masalah jumlah jomblo yang semakin hari semakin meningkat.

Andai pendapatan minyak dan gas kita yang mencapai Rp 300 triliun per tahunnya disisihkan 2% aja buat memberi tunjangan pembangunan kualitas hidup para lajang, kita pasti bakalan sangat bahagia.

Bagi mereka yang kurang sedap dipandang tampangnya, bisa ke bengkel ketok mejik buat upgrade penampakan. Bagi yang kelebihan berat badan, duit bisa dipake buat manggil tukang sedot tinja buat mengurangi tumpukan lemak di pinggang dan paha (ini lau banget Mabs).

Dan bagi mereka yang sebenernya berwajah menarik dan ber-body semlohei tapi masih aje jomblo bisa menggunakan pendapatan migas kita guna berkonsultasi sama Eyang Subur dan dukun-dukun tenar lainnya demi memuluskan sumbatan nasib mereka. Kalo perlu pasang susuk membahana badai!

Alangkah indahnya hidup jika itu jadi kenyataan Mabs!

Gue yakin, investasi untuk menaikkan harkat dan martabat para fakir asmara akan mempercepat pertumbuhan ekonomi kita. Mereka akan konsentrasi belajar dan bekerja, nggak pada nyampah di social media atau bikin blog nggak berguna macam kita.

Rangga, Dundee, 23 Mei 2013

1 komentar: