Minggu, 16 Juni 2013

Bersakit-sakit di Taipei, Berjalan-jalan di Korea




Dear Rangga dan Gustay

Setelah baca surat-surat kalian di blog, tangan gue  tergelitik untuk curhat. Sebab, setelah sekian lama akhirnya gue menemukan juga teman senasib dan sepenanggungan dalam mencari seorang belahan jiwa di dunia ini. Siapa tau kalian bisa kasih gw solusi, saran, komen, kritik, opini, dan entah apapun itu namanya untuk mengerem perasaan galau gue dikala undangan pernikahan dari kawan sejawat mulai menyerbu.

Begini, sejak berpisah dengan “dia” yang  hampir 7 tahun bersama-sama. Secara resmi gue pun menjomblo di awal tahun ini. Gak usah ditanya sakitnya kaya apa, ibarat lo lagi melaju di jalan Sudirman tiba-tiba ketabrak truk pasir yang mestinya cuma lewat di Jalur Pantura. Marah, bingung, kecewa, sakit hati, semuanya campuk aduk jadi satu.

Galau gue pun bertambah parah karena waktu kita pisah dia di Indonesia dan gw di Taipei jadi gw gak bisa tampar-tampar mukanya (ini serius!). Mau gak mau, suka gak suka gue harus terima kenyataan. Kenyataan pahit, sepahit tahu rasanya bahwa yang jadi suami Pai Su Cen si ular putih itu adalah perempuan yang menyamar jadi laki-laki. Pret!

Ditambah lagi, di sini gue tinggal serumah dengan 2 orang mahasiswa dari Indonesia yang sudah berkeluarga. Mereka berdua ini sama-sama konsisten, konsisten untuk sayang-sayangan dan umbar kemesraan dengan pasangan hidupnya tiap malam tanpa ada tenggang rasa buat perawan yang mojok sambil nyakar-nyakar tembok liat kelakuan mereka.

Gak tahan dengan keadaan,  gue pun memutuskan keluar dari kamar, terus lurus menuju pintu depan buat keluar dari rumah sementara. Untuk sembuhkan hati ini. “Hati Patah Kaki Melangkah”  seperti  kutipan dari novel Trave(Love)ing. Inilah yang bikin gw nekat untuk solo travelling yang bukan berarti jalan-jalan ke Solo.

Gue memilih Korea Selatan sebagai destinasi pengobat hati, yah kan ente pada tahu drama-drama romantis disono jawara banget bikin mupengnya. Kali aja gue juga bisa ketemu Hyun Bin, Won Bin, ato Bonbin disono.

Gue memutuskan untuk menghabiskan 15 hari di Daejeon, kota ketiga terbesar di Korsel. Kenapa ke Daejoen? Karena itu Daerah Jomblo Edan (Daejon) ..becanda deng. Gue milih Daejoen karena kakak sepupu ada yang tinggal di sana jadi bisalah numpang makan, minum, tidur, boker gratis di sana, maklum mahasiswa (^_^)V.

Sampe di Daejeon, seminggu pertama gue habiskan untuk di rumah aja. Hujan salju yang tebal bikin gue males keluar rumah soalnya gak kuat dingin apalagi ditambah rasa kesepian yang sanggup membekukan api di atas kompor. Kegiatan gue gak jauh-jauh dari curhat sama kakak sepupu, movie marathon or duduk bengong di samping jendela liatin butiran salju yang bukan temennya butiran debu.

Tapi itu salah! Karena tiap liat butiran salju gue selalu teringat akan dirinya. Jadi minggu kedua gue putuskan mau jalan-jalan menyusuri kota Daejeon walopun suhunya waktu itu mencapai -14 derajat celcius. Dengan berbekal selembar peta, beberapa recehan won, dan kartu nama si kakak sepupu (jadi kalo nyasar bisa naik taxi dan pulang dengan selamat), gue pun siap berubah jadi “Dora the Explorer” versi jomblo. Tapiiiiii, baru aja kaki ini melangkah beberapa meter dari rumah gue udah banyak liat pasangan remaja peluk-pelukan di jalan biar anget. Kurang ajar! Begitu seterusnya, tiap hari harus gue lalui dengan menonton orang pacaran. Jadi misi penyembuhan galau gue dengan solo traveling ke Daejeon bisa dibilang gagal.

Gue belom menyerah, walaupun sempat melempen selama hampir 2 minggu, akirnya gue coba plan B. Berdasarkan nasehat dari artikel-artikel yang gue temukan di laman mbah google, gue tertarik buat ikut yoga club yang katanya bisa bikin perasaan lebih rileks, menenangkan pikiran, dan ngilangin galau stress, cocoklah. Balik ke Taipei, gue pun ikutan klub yoga di kampus.

Ternyata banyak juga yang ikut yoga, anggotanya cewe semua. Sempat kepikiran di benak gue, apa ini cewe-cewe lagi pada galau semua ya? Tapi ah sudahlah gue gak mau mikirin yang macam-macam. Niat gue udah bulat mau konsentrasi ikut yoga. Setelah akirnya jungkir balik sana sini (iya lebay memang) selama 2 x 45 menit, kelas yogapun selesai. Keringat membanjir tapi perasaan jadi lebih rileks. Ternyata gak sia-sia ikut yoga. Gue keluar kelas dengan senyum simpul, tapi rupanya di luar kelas banyak pemandangan yang tidak sedap diliat mata. Jadi cewe-cewe  yang ikutan yoga tadi pada dijemput sama pacarnya, dibawain minum trus tasnya dipegangin sama pacarnya. Dan mba instruktur yoganya juga gak mau kalah, suaminya datang jemput sambil bawain minum and salad buah plus kecupan kecil di keningnya, *gue pingsan seketika dengan posisi kaki di atas, pala di samping dan tangan di bawah, maklum abis yoga*

Dalam perjalanan pulang ke rumah, gue menunduk lesu, hati rasanya ngilu, cemburu liat orang lain punya pacar.  Saat kaki ini udah terlalu lelah untuk melangkah, gue duduk sebentar lalu merenung di pinggir Sungai Jing Mei yang membelah kota Muzha. Cuaca yang sejuk makin bikin perasaan ini tambah galau, rasanya pengin langsung terjun bebas nyemplung ke sungai. Tapi niat ini gue urungkan, takutnya nanti malah nambah-nambahin kerjaan KDEI Taipei aja. Hari itu juga, gue putuskan berhenti yoga. Maka hari itu merupakan hari pertama dan terakhir gue ikut kelas yoga.

Musim terus berganti tapi status gue gak ikutan berganti, masih gini-gini aja. Perasaan galau juga makin lengket aja sama gue kaya perangko. Akirnya gue beranikan diri curhat ke teman serumah. Nah menurut dia, gue harus bisa mengeluarkan semua perasaan yang mengganjal di hati, salah satu caranya bisa teriak sekenceng-kencangnya biar gak stress gitu. Tapi ya gak mungkin juga kan ya langsung teriak keras-keras di rumah, bisa-bisa tetangga samping rumah laporin gue ke polisi dengan tuduhan bikin gaduh dan menggangu ketenangan (iya orang Taiwan emang rese-rese! Senang banget telepon polisi, gak kaya disini pada seneng telepon gratisan pake Kakao Talk ato Line).

Malamnya, gue berbaring di kasur sambil menatap kosong ke langit-langit kamar. Sesekali menarik napas panjang sambil menahan galau yang betah singgah lama-lama di hati. Meskipun udah melakukan beberapa hal untuk menetralisir perasaan ini, mulai dari yang wajar sampe yang aneh bin luar biasa, tapi ujung-ujungnya tetap aja masih galau. Menurut analisa Mas Rangga dan Mba Gusti apa ada yang salah dengan usaha-usaha gue?

(Sebut saja) Deti, Taipe, 14 Juni 2013

3 komentar:

  1. Dear Deti,

    Mohonnn maappp banget. Waktu baca curhat lau ini, gue ketawa ngakak sampe sakit kuping *loh*. Soalnya bukan kenapa-kenapa, cerita lau ini persisss banget sama si Rangga, admin blog ini juga. Tapi lau versi ceweknya...

    Mulanya, gue minta si Rangga yang edit dan postingin cerita lau ini. Tapi lamaaaaaa banget kaga dia sentuh, mungkin tiap dia baca curhatan lau ini dia pengen bunuh diri sambil pake rok ala Skotland. Ya sudah, akhirnya gue turun tangan.

    Sebagai saran dan masukan, mungkin kalo lau udah kelar belajar dari Taiwan dan ga ada kemungkinan kepincut sama Tao Ming Tse, lau bisa pulang kesini, janjian sama gue, dan gue usahakan supaya bisa bertemu Rangga. Abisss kayanya kaliannn senasib dan jangan2 berjodoh

    Bersyukurlah Deti, seenggaknya lau disana kalo ngegalo bisa dipinggir Sungai yang bagus. Nah gue dimarih, mao galau di pinggir Sungai Ciliwung yang keliatan cuma tokai mengambang doang. Apa bagusnya coba.

    Dan lo juga mesti bersyukur masih diberi kesempatan menikmati Yoga di Taipei sana, nah gue dimarih daftar klub Fitness aje langsung ditawarinnya kelas Body Combat. Mayanlah, belajar buat gebukin copet besok-besok.
    Tapi emang Yoga itu asli bikin galau, gue pernah intip temen gue latihan posisinya Kaki ama Tangan udah di atas badan, gimana coba tuh...itu persis banget gaya Cicak Bercinta yang suka gue liat saban malam di kamar gue. Zzzzz...

    Jadi Deti, nikmatilah kesendiirianmu di negeri orang. Nanti kalo sampe sini, gue kenalin ama Rangga *maen klaim aje*

    BalasHapus
  2. Mba gusti yang bener aje, masa doain aku jodoh sama rangga -_____-
    Kayanya mba deh yang lebih cocok sama dia, soalnya jalan pikiran kalian nyambung bangettttt ^^
    Aku udah kenal mba sama rangga (kita satu kampus dulu) & aku juga kenal sama mantannya, upss....*kabur sebelom digetok rangga*

    Btw, jangan harap kalo cowo2 di sini semuanya sama gantengnya dengan Tao Ming Tse, itu kebohongan publik. Jarang ada cowo kaya begituan di taipei. Kalopun ada yang ganteng, macho, pinter, pinter n baik hati, itu pasti dicurigai Gay *nangis darah*

    BalasHapus
  3. Dear Deti dan Rangga,

    Kok jadi reunian versi cinta gini kalian (jadi ikut nangis deh bacanya...:')

    Sumbang saran aja nih yeee, kata orang kalo banyak beramal jodohnya didekatkan jadi cobalah beramal...Semua yang ada mau itu harta karun, harta bersama, harta gono-gini, ato harta apapun sumbangin aja ke orang yang membutuhkan mungkin dengan itu kan banyak didoakan orang nah siapa tahu salah satu doa orang teraniyaya yang kalian sumbangkan diijabahkan...

    Apapun penderitaan kalian saat inu jangan pernah menyerah ya, jangan menyerah...jangan menyerah...jangan menyerah wo..wo...wo...(D'massive) sambil berlinang air mata

    BalasHapus